MAROS, Sulawesi Selatan—Palang Merah Indonesia (PMI) melatih sebanyak 66 relawan berbasis masyarakat dalam kesiapsiagaan endemi dan pandemi. Pelibatan masyarakat dalam kesiapsiagaan ini dilakukan PMI untuk mencegah dampak buruk endemi dan pandemi. Relawan masyarakat PMI dilatih mendeteksi dan merespon dini penyakit yang berpotensi menjadi endemi atau bahkan pandemi.
Kepala Divisi Kesehatan dan Sosial PMI Eka Wulan Cahyasari menjelaskan, pelatihan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) merupakan upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mencegah penyebaran penyakit menular. Seperti diketahui, risiko penyakit menular mneningkat seiring perubahan perilaku dan menurunnnya kualitas lingkungan.
“Masyarakat dilibatkan dalam aksi dini dengan SBM. Kegiatan masyarakat ini berbasis laporan gejala penyakit menular serta kejadian yang tidak biasa (KLB) di lingkungannya masing-masing,” jelas Eka beberapa waktu lalu di sela pelatihan di Grand Mercure, Makassar, Kamis 11 Agustus 2022.
PMI sendiri berpengalaman dalam pengendalian pandemi dan endemi. Eka menyebutkan, PMI bersama Kementerian Kesehatan membentuk langkah kesiapsiagaan pengendalian flu burung pada 2005. PMI, sambung Eka, berperan dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, pengawasan kasus berbasis masyarakat, menggerakkan keamanan kesehatan berbasis masyarakat,”serta kami juga melakukan proteksi staf dan relawan PMI,” tukas Eka.
DETEKSI DINI: Sejumlah peserta pelatihan SBM KLB di Makassar mengikuti simulasi SBM beberapa waktu lalu. (dok Div. Kessos)
Sebanyak 66 peserta yang terlibat dalam pelatihan yang didukung Federasi Intenasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) ini berasal dari staf, relawan TSR dan KSR, serta perwakilan masyarakat. Pelatihan Pengendalian KLB dan SBM ini dilaksanakan di Kabupaten Maros Sulawesi Seltan, dan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Eka berharap, para peserta terampil dalam memetakan faktor risiko/ancaman penyakit berpotensi KLB dan melakukan aksi dini di wilayahnya masing-masing.